Sunday, August 1, 2010

Karir dan Ibu Rumah Tangga: Kemunduran atau Kemajuan?

Yup, Ibu Rumah Tangga (IRT). sebuah profesi yg melahirkan para journalist, account executive, copywriter, media planner, news anchor, reporter, marketer dan profesi2 kita lainnya sekarang ini. Disini, saya tidak akan membahas lebih jauh mengenai peran IRT itu. tapi yang saya ingin diskusikan adalah... jujur, masalah perempuan.

Teman2 dan saudara2 perempuan, dan mungkin pacar perempuan kalian adalah sosok manusia yg memiliki kepribadian ambisius, kompetitif, pekerja keras, dan mungkin MANJA. Dengan lingkungan tempat tinggal di kawasan urban maupun rural. Anak pertama, bungsu, atau semata wayang. Dengan SES A+,A,B,C, atau mungkin D-E jika ada. Mereka semua dapat saya pastikan (mostly) memiliki target pencapaian maksimal dalam hidupnya sebagai wanita karir, disamping (mungkin) menikah dan pergi ke eropa atau traveling keliling dunia. *bener gak sist?

Sekarang kita sedikit alihkan perhatian pada sosok Ibu Rumah Tangga (IRT) di sekeliling kita saat ini (jika msh ada). Tidakah mereka dulu ingin menjadi seorang wanita karir?? lalu lihat dunia ini sekarang, apa yg tidak bisa dilakukan oleh seorang perempuan.. dari SPG sampai manajer, dari reporter sampai news anchor, dari perawat sampai dokter, dari teknokrat sampai birokrat, perempuan ada dsana.
Memang, ini hanya pandangan subjeksif saya. karena saya hidup dilingkungan yg seperti itu saat ini. saya pun tidak tau apakah notes ini 'make sense' jika dibaca oleh seseorang di Wonosobo atau Pariaman sana.

Apa sih IRT itu sebetulnya? sesosok istri yg selalu menunggu suaminya pulang kantor? atau ibu yg selalu menyiapkan bekal bagi anak2nya? atau perempuan yang selalu bangun paling pagi untuk menyiapkan sarapan utk seluruh anggota keluarga?

Saya sangat kagum dengan sosok seperti itu, mereka manusia dengan kadar egoisitas sangat rendah. kebahagiaan keluarga adalah segalanya, kepuasan suami adalah hal utama, serta keinginan dan cita-cita anak adalah prioritasnya. Ingin sebetulnya saya memihak mereka dalam notes ini, namun saya merasa mereka juga yg mengakibatkan saya harus bersaing dengan perempuan2 cerdas di dunia kerja yg gila ini. mereka yg mengakibatkan para suami harus mengantri di restoran cepat saji karena tidak ada istri yg menyiapkan sarapan dan makan malam. mereka juga yg mengakibatkan anak2 terlambat sekolah dan tidak mengerjakan PR karena tidak ada Ibu yg mengingatkan. karena istri dan ibu tersebut berkarir dan sibuk mengejar impiannya, tentunya atas restu seorang ibu rumah tangga.

Kadang saya bercanda dengan teman2 perempuan saya, dengan bertanya "eh, lo bisa masak gak sih?" atau "eh, lo tau caranya nyapu atau setrika baju?" dan lain sebagainya.

Maaf jika 'tone' dalam notes ini terkesan berbelit, aneh atau negatif, tapi saya besar di lingkungan yg sangat kompetitif dan keras bagi anak lelaki yg selalu dibayang-bayangi oleh perempuan selama ini. dan saya pikir kesetaraan gender memang baik, tapi apakah kesetaraan itu selalu dimaknai sejajar, equal, atau adil?? fenomena wanita yg mengejar karir dan ketiadaan sosok IRT saat ini apakah merupakan suatu kemajuan? atau bahkan kemunduran? itulah pertanyaan saya.

Mungkin ada sedikit perspektif agama dan budaya dalam konteks ini. Namun jika boleh jujur, menurut saya pribadi berkompetisi dengan perempuan jauh lebih menantang dan menarik. Keinginan selalu berada diatas perempuan menjadi faktor tersendiri (yg mungkin secara kodrati benar). terbukti dengan obsesi dalam benak saya yg selalu berkata: "kemenangan atas sosok perempuan akan terasa lebih manis, dan saya tidak ragu untuk tidak mengalah hingga mengalahkan mereka" dan...disadari atau tidak, teman2 perempuan saya yg membaca notes ini akan langsung berkata: "okay mauL, we play the game"

3 comments:

  1. Saya ibu rumah tangga yang biasa2 aja. seperti yang kamu bilang di review diatas itu... bagun pertama kali, nyiapin sarapan, nyiapin baju2 sekolah, ngurus suami, ngurus anak... dst
    dulu waktu saya kuliah... hampir selesai sich... tiba2 ada terbesit di benak saya"sebenarnya apa sich mau kamu dalam hidup ini?" antara wanita karir dan positif dan negatifnya ke depan atau ibu rumah tangga biasa" itu yang selalu di benak saya... lalu saya pilih ibu rumah tangga.... jadi saya berhenti kuliah tanpa penyesalan sedikitpun...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebelumnya, terima kasih atas komentar atas post saya diatas. :)

      Dengan tidak mengurangi rasa hormat, memang pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga merupakan pekerjaan yang amat mulia, saya sangat sependatan dengan anda. Namun yang ingin saya ulas pada tulisan diatas adalah pergeseran perspektif terhadap suatu pekerjaan - dalam hal ini Ibu Rumah Tangga yang mulia itu, yang saya lihat sekarang ini sedikit banyak mengalami kemunduran.

      Best,

      ~ M

      Delete