Sunday, August 1, 2010

Lebah, Lalat, dan Michelangelo

Dalam buku In Search of Excellence (Tom Peters & R.H. Waterman), ada secuil cerita menarik dari Gordon Siu. Siu menceritakan tentang eksperimen di mana beberapa ekor lebah dan beberapa ekor lalat ditempatkan di dalam sebuah botol. Botol tersebut lalu diletakkan horisontal (memanjang) dengan bagian pantatnya yang tertutup dihadapkan ke jendela yang terkena sinar matahari, sementara bagian leher botol yang terbuka membelakangi jendela.

Lebah-lebah, yang terkenal sebagai salah satu serangga tercerdas, mati-matian berusaha keluar dari botol dengan terbang menuju ke arah jendela. Kecerdasan mereka mengajarkan kalau arah tercepat untuk pulang ke rumah adalah dengan keluar dari jendela. Karena itu, mereka bertekad terbang menuju ke arah jendela apa pun resikonya. Namun karena arah tersebut tertutup bagian belakang botol, usaha mereka berakhir tragis. Para lebah akan mencoba sampai satu per satu mati kecapaian.

Sementara lalat, yang terkenal sebagai serangga bodoh dengan otak secuil, terbang kesana kemari tanpa tujuan yang jelas. Walau demikian, perlahan-lahan tapi pasti, satu per satu dari mereka berhasil menemukan jalan keluar melalui leher botol.

Apa artinya hasil eksperimen tersebut buat kita?

Kecerdasan, ternyata bukanlah modal utama buat sukses, terutama bila aturan permainan berubah drastis. Lebah yang cerdas memang akan mencapai tujuan lebih cepat dibanding lalat bila mereka tidak terperangkap di dalam botol tersebut. Tetapi begitu lingkungan berubah (terperangkap di dalam botol yang diletakkan membelakangi jendela), kecerdasan mereka berbuah bencana. Justru upaya coba-coba yang dilakukan lalat adalah strategi yang lebih tepat. Kecerdasan kadang bisa membutakan kita dengan membuat kita melihat masalah melalui kaca mata kuda. Kita hanya bisa melihat satu arah saja tanpa mempertimbangkan kemungkinan lain, sementara untuk menghadapi perubahan, fleksibilitas lebih dibutuhkan. (Seperti kata pepatah: bila kita memegang palu, semua kelihatan seperti paku.)

Namun perlu diingat, kita ini hanya manusia yang bukan hanya memiliki pikiran namun juga perasaan, maka biarlah pikiran itu memberontak hingga tak mampu dibendung lagi oleh perasaan.


Disamping itu, sebagai tambahan mari kita lihat cerita Michelangelo berikut ini:

Ketika seorang wanita muda mengunjungi studio Michelangelo, dia terkagum-kagum dengan patung-patung karya seniman besar tersebut dan berkata, "Saya tidak tahu memahat begitu mudah. Saya pasti bisa melakukannya juga."

Michelangelo menjawab, "Tentu saja Anda bisa. Apa yang Anda butuhkan hanyalah batu besar, sebuah pahat, dan palu. Lalu Anda tinggal membuang bagian-bagian yang tidak Anda butuhkan."

Demikianlah dengan Anda dan kita semua. Anda adalah mahakarya yang indah. Semua potensi untuk berhasil sudah ada di dalam diri Anda. Apa yang dibutuhkan hanyalah membuang bagian-bagian yang menghalangi Anda untuk menjadi "indah".

-Maximus, oct 21 2009-
http://www.nexusnexia.com/Table/Kebijaksanaan-60-Detik/ dengan modifikasi penulis.

No comments:

Post a Comment