Sunday, August 1, 2010

Cerpen Akhir Pekan..

Hari Pertama, Rabu, 6 maret 2009.

Semangat bangun pagi hari, hari jumat – awal dari kesepakatan bersama tentang konsep ‘weekend’ a.k.a akhir pekan. Yang berarti hari terakhir kerja dalam minggu ini bagi saya - seorang mahasiswa magang. Hari ini diotak cuma ada satu hal: Java Jazz Festival 2009.

Janjian dengan sesosok teman, pacar, atau apalah namanya untuk bolos kerja setengah hari. Begitu semangatnya, sampai-sampai mau jumatan bisa dateng kepagian, berharap sang khotib mempercepat khotbah dan sang imam dengan cepat – lugas bisa memilih surat untuk berjamaah, yaaa... moga-moga surat al-iklas atau an-naas jadi pilihan beliau!

Selesai ritual itu, saya bergegas pulang ke kondominium pribadi di bilangan mega kuningan (baca: kosan). Gak usah pake mandi, cukup semprot piere cardin sudah mampu memikat hidung para kaum hawa, saya pikir.

Dengan Taxi, bergegas menuju tempat perhelatan musik akbar tersebut, walau sedikit kesal karena partner itu ngaret dua jam dari jadwal! Dibumbui dengan suhu udara hampir 37 derajat celcius dan lalu lintas yang mendadak padat serta banyaknya calo bergentayangan menambah kesan mistis event itu.

Pk.15.45, saya berkeliling sebentar melihat-lihat stage, tapi langsung tersadar kalau akan banyak fans-nya Mr.Mraz yang mungkin udah antre dari semalam untuk masuk menuju Exhibition Hall B. Beruntung antrean belum panjang, so saya pun seperti layaknya anak ABG ikutan-kutan ngantre di depan gerbang. Cukup 3 jam antre, mas-mas security mempersilahkan kami masuk. Tidak tanggung, saya langsung sprint ke depan stage. Opening Act oleh Mike Mohede, cukup menambah citra kelam dan mistis JJF, apalagi lagu yang dibawakan adalah sang Indonesia Raya, lagu kebangsaan Indonesia! Tak ayal, kami semua pemuda-pemudi ikut bernyanyi dengan tangan di kepalkan di dada. Be proud!

MC yang lebih tepatnya di bilang pengulur waktu, menjalankan aksinya dengan baik. Dengan lugas ia berteriak : “Everybody, please give it up for Jason Mraz!!!” Langsung tanpa basa-basi, Make It Mine – membuat semua orang berteriak histeris. Mraz datang dengan T-Shirt, celana kargo, plus Topi khasnya!
Tidak peduli dengan bau keringat bercampur parfum dari sekeliling karyawan-karyawati yang berubah jadi ABG di konser itu, saya pun ikut berteriak-teriak, tanpa histeris tentunya. Remedy, I’m Yours, Lucky, You and I both, dilibas habis! Kami semua mendadak gila, pada saat lagu the Dynamo of Volition.

Kami mengibas-ngibaskan tangan ke atas pada saat “Good Job, Get 'em up way high, Gimme gimme that high five”, dan juga terkesan culun mengayunkan tangan ke bawah pada saat “Good time, Get 'em way down low, Gimme gimme that low dough”. Namun semua itu ditutup dengan sangat elegan oleh Butterfly yang dibawakan sangat-sangat acid jazz, dan pop-folk! Dasyat!!!

Tidak sampai disitu, saya termasuk orang yang beruntung mendapatkan foto polaroid sang keyboardis saat Mraz memperkenalkan dan melemparkan foto-foto band yang secara instan ia ambil dari kameranya!
Setelah cukup berkeringat dan lelah, saya tetap memutuskan untuk lanjut ke stage yang lain. Lala Suwages menjadi pilihan tepat, dan sempat membuat saya merinding karena suaranya mirip Keyshia Cole pada saat membawakan You Make Make Fell Brand Knew-nya Boys II Men.Lanjut, Joeniar Arief cukup black music di tengah blue musicnya jazz malam itu. Yaaa lumayan berani lah dia, berani, bekelas, gak’ norak!

Karena kaki sudah tidak mampu menahan beban badan, saya memutuskan untuk duduk bersila menyaksikan Dewa Budjana di Cendrawasih Stage. Damn, dia mampu membuat saya tenang berkhayal dalam alam bawah sadar dengan petikan gitarnya. Walau tidak sampai membawa saya ke negeri hobbit dan ksatria di padang berbunga seperti yang dilakukan Sigur Ros pada saya dan Rizfy sahabat saya dua tahun lalu!

Malam itu cukup disitu, karena saya cukup lelah mengila dan partner saya pun harus pulang sebelum jam 12 malam, karena jika lebih semenit saja, ia akan kembali menjadi anak miskin ingusan di daerah sumur batu. Hahaha...



Hari Kedua, 7 Jumat 2009

Kali ini saya sendiri, pakai mobil dari bogor, yang sempat terkena setengah badai (baca: hujan gede bgt!) dari Sentul sampai Cibubur. Di Jakarta bagian timur dan selatan nampak mendung hitam dan petir menggelegar, tapi di senayan terang-benderang tanpa awan! Hal ini cukup menambah mistis lagi event ini! (lebay)

Sempat bingun mau nonton apa, saya memutuskan untuk ke Cendrawasih lagi melihat Soulvibe main. Bukan karena mereka juga sih datang, tapi karena produser mereka saja Rayen Parkdrive jadi saya penasaran lihat performce-nya. Lumayan! Lanjut, saya berkunjung ke Assebly Hall yang konon kalo mau ngeliat Jazz di Java Jazz ya ke sini tempatnya! Ternyata, Aksan Djuman (eks. Drumer dewa, Potret) yang berimprovisasi! Dia membawa sejumlah orang tak saya kenal bermain cukup ciamik, yang special sih vokalisnya! Perempuan itu, mirip Bjork!!! Parah, tehnik vocal yang langka, improvisasi berkelas, dan ia sempat membuat musik Aksan menyaingi Maxim versi Drum... Mistis! (sang vokalis sampai bersujud jatuh setelah ia berteriak, berjinjit, dan melengking)

Setelah puas dengan sang ‘bjork’ saya beranjak melewati lobby untuk menuju Ecoutez, namun disana saya dijegat oleh Nina Tamam yang malam itu begitu manis, hampir mengalahkan Imbang kalau tidak pakai jilbab (teman saya sejak SMP yg sekarang jadi cover model majalah muslim). Ternyata suara Nina masih cukup baik, selepas ia pergi dari Warna.

Ecoutez membukanya dengan Mixed Intro yang sangat baik : “Want u listen, to the groovy music, want u listen... from ecoutez” Namun sayang, performance mereka kurang galak, karena sang vokalis Delia terlalu lama basa-basi disela-sela lagu. Ia berhutang kepada Ayi (gitaris) yang permainan gitarnya cukup melukai hati para gitaris Javajazz lainnya.

Semakin sore, saya beranjak menuju lobby untuk melihat Budjana lagi, yang kali ini main bareng Tohpati. Namun lagi-lagi saya dicegat oleh Merci – senglenya Duffy versi akustik, siapa yang membawakan itu? Ternyata si anak ingusan DREW. Cukup lama tertahan disana karena saya baru saja menyadari bahwa mereka akan medapatkan platinum atau double platinum album cepat atau lambat. Di Tebs Stage Assembly, Tohpati men-delay shownya beberapa menit, namun tetap saja dapat membuat ruangan yang gelap itu menjadi terang oleh tiap senar gitarnya. Di stage ini saya ditemani Nina Tamam di disebelah saya, yang katanya punya cita-cita jadi gitaris sewaktu bocah dulu.

Lumayan lapar saya memutuskan membeli mie yang paling murah di Food Hall, langsung membawanya ke Exhibition Hall sambil nonton Everette Harp dengan Sax-nya yang cukup tua tapi ganas. Ada cerita katanya, kalo alat musik semakin tua itu semakin bagus suaranya, itu benar nampaknya!

Setelah kenyang, Matt Bianco tujuan selanjutnya. Band dengan musik jazz sedikit latin ini mampu membuat kami terkesima, suara vokal dan instrumen yang bulat membuat Plenary hall bergemuruh tepuk tangan. Setelah sok dewasa dengan Matt Bianco, saya kembali menjadi ABG dengan menonton 21st night. Jujur saya kurang menikmatinya karena sound mereka terkesan dipaksakan karena ada dukungan synthesizer. Tapi lumayan lah, tertolong hits dan stage act-nya!

Malam itu saya menutupnya dengan menyaksikan kehebatan Roy Ayers. Tidak salah kalu dia mendapatkan penghargaan di Java Jazz kali ini. Walupun saya bukan orang berkulit hitam asli, mungkin saya bangga dengan kehitaman kulit saya karena Mr. Ayers. Totally, ia adalah sosok musisi, penghibur, penyanyi sejati. Hampir semua instrumen musik ia kuasasi. Genre Soul, Jazz, folk, dan sedikit R&B semakin membuat malam itu sebagai “the greatest weekend that I ever had lah...”



Hari Ketiga, 8 Maret 2009

Hari terkakhir saya kembali, kali ini datang sangat pagi. Pk.13.00 tepat sampai di parkiran Senayan, maksudnya mau nyari tiket dulu dari calo, cuz partner saya telat berpikir untuk menghabiskan uangnya di JJF. Tiket dapat, langsung lets go disco a go go!

Maksudnya menonton Bayu&Tesla, duo gitar+piano yang sangat ciamik. Ternyata mereka ditemani gadis cantik bernama veronica dengan Sax-nya. Tak diragukan lagi, kompetisi di genre instrumental akan sangat ketat tahun-tahun kedepan.

Selelasi dengan welcoming great ala Tesla, saya masuk langsung Gamelan Shockbreaker + sinden sunda. Perpaduan west+east yang mantap! Tidak heran banyak bule datang di stage ini, etnik dan tradisional mereka gandrungi!

Cukup disitu, saya ingin lebih nge-Jazz datang ke Assembly. Disana sudah menunggu Deviana feat. Veronica Nunn, suara Ms.Nunn yang sangat jernih, dan iringan piano, bass, keyboard, serta drum berkelas dunia tersaji bagai kalkun bakar setengah matang siap santap! Empuk!!! Tehnik vokalnya layak bahkan wajib ditonton oleh para juri Indonesia Idol, KDI, idola Cilik, atau apapun kontes-kontes bakal lainnya. Supaya mereka tahu, seperti apa tehnik vocal yang baik. Setelah itu baru lah ia boleh berkomentar pada para kontestan!

Saya masih lapar akan jazz saat itu, maka saya menelan bulat-bulat Tom Scott dan Paulette McWilliams di ruang yang sama, setelahnya. Mereka berdua baru pertama kali ke Indonesia, dan saya yakin mereka akan datang lagi kesini tahun depan! Ms.McWilliams asal NYC sesekali flirting ke penonton, dan saya pikir dia tipe ideal dari seorang diva asal New York, genit! Standing applause tidak ragu saya lakukan untuk dua orang ini, mereka mampu membuat Sandwich non-colesterol di sekeliling banyak Junk Food malam itu!

Bosan dengan Tompi, saya memutuskan untuk menyaksikan ‘Anak Ingusan’ lagi. Yup, DREW kali ini main di Dji Sam Soe lounge. Masih kagum dengan keempat bocah ini, total mereka sudah mampu membawakan lagu-lagu seperti : Duffy-Merci,N’Sync-Pop,Jac
ko-Beat it, empat buah lagu The Beatles, dua lagu Rolling Stone, Tonk Kosongnya Slank, Jamiroquai-Cannet heat, Gila kan...!!!! Setelah puas dengan DREW, saya lapar dan sekali lagi bakmi paling murah jadi sasaran.

Saya memutuskan untuk melihat tribute-nya Luther Vandross di Plenary, ternyata semua lagunya dibuat instrumental tanpa vokal. Anda pasti tahu donk, kalo sudah begitu bagaimana jadinya? Yup, saya tertidur! Di-ninabobo-kan oleh suara Sax yang membawakan Dance with my father, Take You Out, dan Can Get Closer to, etc... hahaha!

Namun tidur saya tidak lama, saya ingat penutup JJF kali ini harus ditutup dengan dance, dance, dance!!! Akhirnya saya menuju Maliq n d’essential di Exhibition Hall, sedikit menari-nari dengan Free your mind, terlena dengan Untitled, n What?!! Mereka bareng 21st night and the gang, joged Thriller-nya Michael Jakson! Tahu kan video klipnya yang jadi zombie menari malam-malam?! They got it, shit!


Overall, empat dari sekala lima bintang untuk JJF 2009!
-Maulana Bellucci-

No comments:

Post a Comment