Showing posts with label Traveling. Show all posts
Showing posts with label Traveling. Show all posts

Monday, March 18, 2013

Butterworth and Georgetown


On airplane, on my way back home from Singapore. February 10th, 08.21 PM.

Actually, this is another part of my Train Trip story. I decided to visit Penang at that time, because on my Train Trip journey, Butterworth is one of the transit city before I reached Kuala Lumpur. It was end of January 2013 and we were welcoming Chinese New Year in Penang. Honestly, I never have plan to visit Penang before, but I was thinking why not if I try to stay in Georgetown while I would passed Butterworth on my trip to KL. Yeah, it's worth to try.

I arrived at Butterworth station in the morning from Bangkok. I can see there was only two cabin left on my train, I guessed the other cabin has just stayed in Hat Yai, the previous station before I reached Malaysia territory. After I walked through platform and finally exit the station building, I saw the old locomotive carved as station decoration, it's look pretty nice but lil bit rusty. After I took some pictures in that station, I continue the journey looking for a harbour to get Ferry that will take me to Georgetown. If you guys know, Georgetown is city on island part, and Butterworth is city on mainland part. These two city lied on the same province, Penang.

locomotive on the past
It just cost 2 RM for the return trip to Georgetown-Butterworth with Ferry. But I'm not sure how much you will spend if you bring your own car (or any vehicle) to cross this strait from BTW to GT. I saw some cars and motorbikes in our Ferry at that time, they used Ferry as the main transportation which is connect them to each others. On Ferry, I can walk, sit or just stand over the fence while I want to see the environment around. I saw a big tanker ship and a giant silo oil not far from harbour. 

Oil Silo 
Inside the ferry
Ocean Tiger Ship
Sampai di Georgetown dgn cuaca yg lumayan panas, saya segera mencari lokasi Hostel yg telah saya booked. Hostel tersebut terletak di Muntri Street, bernama Ryokan Chick Hostel, bersebelahan dengan sebuah Chinese Temple. Setelah diterima oleh receptionist dan menyelesaikan urusan administrasi, saya langsung dibawa ke kamar tempat saya menginap, and guess what.. I got 1 bed in mixed dorm with 3 girls as the roommates. Itu artinya saya akan menginap dengan 3 orang wanita dalam sebuah kamar yg sama. What a lucky guy! Sayangnya, kami hanya punya 1 malam bersama, karena Steph (Germany) akan lanjut ke Phuket keesokan harinya, sementara dua anak Aussie - Thalia & Taylor, bakal lanjut ke Langkawi sebelum balik ke Melbourne. 

Karena bingung mau jalan kemana malam itu, akhirnya saya memutuskan utk join Thalia & Taylor ke festival (pre) Chinese New Year, kata mereka Steph sudah menunggu disana dgn kawan2 backpackers yg lain. Menang jika dilihat 40% penduduk Georgetown adalah Chinese, 30% India dan 30% lagi Melayu, jadi perayaan tahun baru cina cukup ramai disana. Sesampainya di lokasi (lebih tepatnya jalan yg di-blokade) kami melihat banyak stand makanan & minuman yg beraneka ragam, belum lagi ditambah beberapa stand atraksi seperti barongsai, boneka kertas, enggrang sampai ular phyton yg dijadikan photo booth. Tepat dipojokan jalan, ada penjual Pau yg keliatan menarik bgt untuk dicoba. Saya pesan Pau ayam, sementara Thalia & Taylor pesan Ba Pau (pau babi), harganya relatif murah, cuma 2 RM untuk 1 Pau jenis apa aja. Sesaat mecoba Pau di Georgetown itu, saya langsung ber-asumsi bahwa original Pau itu rasanya harus seperti ini, tekstur roti kukusnya lembut, daging atau kacang sebagai isinya banyak dan tepat berada ditengah2 roti, ukurannya pun lumayan gede sekitar 2 kepalan tangan orang dewasa.

Gong Xi Fa Cai
Pre-Chinese New Year in Georgwtown

Karena kita ga berhasil menemukan Steph di lokasi CNY, kita akhirnya jalan balik untuk mencari makan malam. Mereka berdua merekomendasikan sebuah kedai India di dekat hostel tempat kita tinggal. Jika diperhatikan hampir semua rumah makan India di Georgetown dimiliki oleh kaum India muslim, yg tentunya makanan yg disajikan adalah makanan Halal. Si pemilik kedai juga sangat ramah, dia ternyata cukup kenal baik dgn dua anak Aussie itu (Mungkin karena emang 2 anak itu cukup extrovert, bahkan terlalu extrovert) hahaha. Kami pun diberikan extra Chicken Tika dan roti masala karena "kedekatan" itu yg sedikit absurd itu. Oiya, jika dibandingkan dgn kedai makanan india yg lain, kedai ini adalah yg terbaik (terbaik disisi harga, kuantitas dan rasa). Soalnya kalo di tempat lain, makanannya lumayan mahal dan porsi yg sedikit, rasanya juga so so lah.. 

Masala Chicken Tika
Setelah kenyang makan, rencananya kita mau langsung pulang. Tapi entah kenapa Taylor punya "Guts" untuk berjalan mendekati foodcourt di dekat hostel, di foodcourt itu ada semacam perayaan kecil orang Chinese, kayak semacam gigs di panggung kecil lah, kalo di Indo mungkin dangdutan kampung kali yee.. Soalnya dandanan si artis (penyanyi panggung) agak sedikit menor dan rumbai2 gitu.. :p

Sesaat kita mask ke Foodcourt itu, tiba2 Taylor berteriak "Holy Crap! You guys must be kidding me?!" sambil menunjuk kearah sebuah meja di tengah2 foodcourt. Ternyata setelah saya mendekat, mereka adalah Stephanie dan 2 orang lain yg akhirnya saya kenal sebagai Rob and Martha. Kebetulan saat itu juga sedang ada pertandingan Arsenal - Norwich, yg ternyata Rob dari UK dan dia fans The Gunners. Sedikit highlight tentang obrolan singkat tapi berkesan saat itu: Taylor cerita bahwa kita mencari kalian (Steph & Rob) di tempat festival tapi gak ketemu, dan accidentally ketemunya disini *dia tetap excited & surprised*. Sementara Rob yg suka pamer joke, lebih sering melempar joke dgn logat british-nya ke kita semua. Dan Thalia si anak kemarin, dgn serunya dengerin kita ngobrol dan sesekali meng-interupsi joke-nya Rob. Steph lebih sering bercerita tentang plan backpacking-nya ke negara2 South East Asia, karena setelah Penang, dia akan lanjut ke Phuket, Cambodia, Vietnam, Laos, dan akhrinya kembali ke Germany. Naah, yg lucu adalah orang terakhir bernama Martha, dia adalah orang Belanda yg surprisingly udah berusia 70 tahun! Dia sudah janda dan hebatnya masih sering berpergian sendiri.. Yak sendiri, traveling around the world or at least Asia by herself! Mungkin dia pernah berjanji (took a vow with her husband yg juga traveler) selagi dia masih diberikan kesempatan hidup, dia akan tetap berjalan (traveling) kemanapun kaki beranjak. How sweet ya.. :)

Look at the girl on the right: She is Taylor, super ultra extrovert girl from Melbourne.
Left - Right: Me (Indonesia, 25), Stephanie (Germany, 29),
Martha (Holland, 70), Rob (UK, 32), Thalia (Aussie, 21).
Malam itu special, sangat special hingga tulisan ini ditulis & dipost saya pun masih ingat jelas logat British-nya Rob (dan juga T-shirt kamuflase tim rugby Australia yg dia pake), kacamata setengah bulan-nya Martha, rambut brunette-nya Steph yg diikat, dan ketawa lepasnya 2 anak extra extrovet Taylor & Thalia yg ternyata baru berumur 21 tahun itu. Oh gosh, I really miss that moment… and I really miss you too.. #eh :)

360' View at Esplanade Georgetwon









At that trip, I didn't forget to send a postcard to you..

--
M!

Sunday, February 24, 2013

Couchsurfing In Bangkok


Starbucks Coffee, Cibubur Square KM10, 10:45 PM.

The first time I heard about couch surfing is about 1.5 years ago. At the beginning, I thought it just another community movement & lifestyle which is try to be a Pop. Haha.. :D But I was wrong, because by the time I write this post, I just applied to be a host for any surfers and trying to get a couch for my next trip to Japan. Maybe I will start with this little funny story about my first couch surfing experience here...

Trip ini disponsori oleh sebuah voucher pesawat bangkrut yg masih bisa diredeem, jadi biaya perjalanan saya ini boleh dibilang gratis, gratis buat pesawatnya. Yang perlu disiapkan cuma hostel & uang jajan aja pada saat itu. Akhirnya dapet tiket CGK-BKK dan KUL-CGK, confirmed!

Sampai di Svarmabhumi Airport, Bangkok, saya langsung cari sim card supaya tetap update di Path, Instagram & Twitter (padahal mah supaya bisa balesin email client), *ngok*. Kalian bisa cari kios2 kecil di sekitar Airport luar untuk beli sim card dgn data internet service, kurang lebih sekitar 500 THB untuk paket data 30 hari. Setelah iPhone udah connected, saya langsung turun ke basement untuk naik SRT menuju kota Bangkok.

SRT dari airport ke Bangkok lumayan bagus, ada wifi & colokan listriknya jade saya bisa safe bat ere tampa power bank, #penting. Ada sekitar 4 station dari airport menuju Phaya Thai Station untuk ganti train ke BTS link, penjelasan train system & map ada disini.

SRT from Airport to Phaya Thai Station
Phaya Thai Station
Saya janjian ketemuan dgn host couch utk Bangkok trip ini di sekitar daerah Siam. Tapi karena dia masih bekerja hari ini, saya memilih utk jalan2 dan cari makan siang disekitaran situ. Kebetulan saya ingat ada restaurant vegetarian yg lumayan enak di daerah Siam itu, namanya Koko Restaurant. Terkahir ke Bangkok liburan, saya sempat makan disini bersama You Know Who, order Veggie Tom Yum Soup semangkok berdua, dan Thai Mango Salad sepiring berdua, #azeg.

Koko Veggie Restaurant. Sweet!
Sore menjelang magrib, akhirnya saya bertemu dengan host couch saya di Bangkok, namanya Alderina, anak Indonesia juga sih, dia kerja di Digital Agency di Bangkok menghandle Ford Global untuk content Indonesia. Anak ini emang asik dan gak nanggung kalo tinggal, dia pilih apartement utk tempat tinggal di Bangkok, lengkap dengan furniture seperti kasur, lemari & dapur. Fasilitasnya juga gak kalah asik, ada gym & swimming pool-nya. Kurang lengkap apa lagi coba buat sekedar "Couch".. Oooh I'm so fucking lucky bastard!

My "Couch"
It's such a nice place, isn't it?
Malam hari, saya diajak sang tuan rumah utk cari makan. Karena lokasi dari apartemen dan tempat makan yg saya ingin tuju lumayan jauh-jauh-deket, akhirnya kita coba baik Tuk-Tuk. Nah keputusan naik Tuk-Tuk ini pun ada alasannya, pertama karena saya belum pernah naik, dan kedua karena kita bisa patungan utk bayarnya jadi lebih murah (Konon harga sewa Tuk-Tuk dan Taxi di Bangkok itu relative sama, malah ada Tuk-Tuk yg nge-charge harga lebih mahal dari Taxi).

Dan berikut beberapa snapshot kita gila2an naik Tuk-Tuk, mirip di film Hangover part 2 tapi tanpa minuman & drugs :

1st time on Tuk-tuk

Sampe di lokasi makan malam, kami pesan beberapa makanan khas Thailand, off course Tom Yum & Thai Mango Salad gak lupa dipesen. Sejujurnya, makan di kawasan Hawkers gini seru bgt, alasannya: pertama lebih murah, kedua makanananya lebih enak, ketiga lebih berasa keren aja backpackeran-nya. Hahaha.. Oiya, karena ini kawasan Hawkers pinggir jalan, jadi sebenarnya banyak makanan / cemilan yg unik2 buat dicoba, dari mulai goreng2an, rebus2an, sampe babi2an.. *wink*. Setelah kenyang kita akhirnya balik ke "Couch" utk istirahat. Besok paginya saya berecana untuk jalan2 liat Giant Buddha di Wat Pho. 





Pagi saya pisah dengan si host di gerbang apartement, dia jalan ke kantor saya pergi ke post office buat kirim post card ke You Know Who. Setelah itu saya lanjut jalan untuk cari sarapan, cosidering budget utk trip yg masih panjang, saya memilih utk cari makan pinggiran aja. Ketemu Fried Chicken gede bgt yg (more likely ayamnya disuntik gendut) enak banget & murah. Kurang lebih harganya 36 THB aja, udah dapet 2 paha bawah & 1 nasi ketan. Nih gambarnya :

Only for 36 THB! Tasty!
Nah yg seru dari backpacker trip itu adalah ketika kalian bisa tinggal gendong tas lari-larian ngejar BUS! Jadi hal ini terjadi pagi-pagi ketiga sesaat saya habis makan si fried chicken itu. Karena shelter bus di Thailand mirip2 di Indo yg gak jelas petunjuknya, jadi saya mencoba beradaptasi dgn berdiri siap siaga menunggu bus yg datang. Dengan bekal petunjuk dari guide setempat, saya harus naik bus 48 utk menuju Wat Pho, akhrinya saya pun kalem menunggu. Begitu si bus datang ternyata si bus cuma berhenti 3-5 detik hingga akhirnya dia jalan lagi, itu lah kenapa dibutuhkan fisik yg prima utk lari ngejar bus sambil gendong backpack.

Public Bus
Bus Ticket

Sesampainya di daerah Wat Pho, saya lansung turun dan berbaur dgn para turis2 keren lainnya. Kenapa saya bilang keren? Karena turis itu golongannya ada 2 menurut saya: pertama Turis Keren, dengan ciri sebagai berikut, single ato pun berpasangan, pake sun glass, kalo cowok badanya sedikit maskulin kekar (six pack lah) pake t-shirt ato kemeja casual, kalo cewek pake tank-top dan kulitnya sedikit tan, lembab berkeringat, sexy mah udah pasti lah, kelakuannya cool, kalem, dan effective bertindak. Tipe Kedua adalah Turis Kebanyakan, cirinya adalah pake tour, jalan bareng si tour guide yg bawa2 bendera segitiga, berkelompok, ribut, yg di-foto objek2 gak penting & blur hasilnya, terus yg paling obivous adalah mereka semua kebanyakan agak gendut dan memakai celana pendek sampe perut, plus kaos kaki kebetis. :D

Dan berikut beberapa snapshot di Wat Pho, enjoy!

Ticket to Wat Pho, 100 THB and free mineral water.
You cannot use your shoes to get into the temple
Giant Buddha
The Buddha's feet
--
M!

Tuesday, January 29, 2013

Train Trip Thailand - Malaysia (part 1)


Georgetown, 4.48 pm, 25th of Jan 2013.

The first time I did backpacking when I was in college, 4 years ago, I took a Train from Bandung to Jogjakarta, economic class. I still remember she said to me at that time "ngapain kamu ke Jogja naik kereta gitu?" and I said "yaa pengen aja nyoba"

That's the only reason I took this challenge to do a Train Trip again after 4 years, to do something that I want, let's try it man! it's going to be fun. :)

Kebetulan saya msh punya refund ticket di Mandala Air yg sempet bangkrut 2 thn lalu, jd saya bisa pake credit tersebut utk mulai trip ini pake pesawat. Jadi itinerary-nya adalah Jakarta - Bangkok (Airplane), Bangkok - Butterworth (Train), Butterworth - Kuala Lumpur (Train), KL - Jakarta (Airplane). Trip kayak gini ga bisa dibuat dadakan, hrs punya perencanaan mantep. Dan asal kalian tau, dapetin tiket Train itu ga gampang, sama susahnya kayak Airplane. Bedanya kalo Train ticket itu harganya stabil, tapi seat-nya cepet laku/habis, sedangkan Airplane harganya naik turun, walau seat-nya kemungkinan selalu ada dgn harga yg beda2.

Pemesanan Train ticket utk Thailand ga tersedia online (sampe tulisan ini dipublish), adanya pake agent di www.thailandtrainticket.com. Ini cukup terpercaya cuma agak ribet prosesnya. Sedangkan utk Train ticket Malaysia lebih enak & effisien, bisa pesen online & ada online paymentnya di www.ktmb.com.my. Saya ga mau bahas soal ini karena kalian bisa baca lebih lengkap di www.seat61.com/Thailand.htm#Singapore. Bahkan ga cuma Thailand-Malaysia dia bahasnya, even more you will get the itinerary for Trans-Siberian Express! *adrenalin rush*

Train Trip dimulai langsung saat saya mendarat di Suvarnabhumi Airport, sehabis ganti sim card supaya bisa tetep twitteran & pathan, saya langsung turun ke B1 utk akses Train dari airport to city of Bangkok pake SRT (The State Railway of Thailand). Dari Suvarnabhumi Airport kita bisa turun di Phaya Thai Station, untuk langsung ganti Train ke BTS (Bangkok Skytrain), Nah kalo udah sampe BTS, kalian udah aman tuh bisa jalan kemana2 di Bangkok, terserah. Below the BTS Map for your information :

Railways Bangkok Map
Nah karena saya ikut couchsurfing pd saat kmaren, jadi saya stay dulu semalem di daerah Siam utk nginep & jalan2. Besok harinya saya langsung ke Hua Lamphong Station utk ngejar Train nomor 35, ke Butterworth, jam 14.45.

Hua Lamphong Station, Bangkok.
Just got the ticket from messenger 
Ada cerita lucu pas saya pesen tiket ini. Jadi karena di Thai ga bisa pesen sekaligus payment online, jadi saya kepaksa pake agent. Di website agent itu emang cukup gampang pesennya, cuma ribetnya adalah pd saat mau konfirmasi & bayar, saya perlu nunggu utk konfirmasi manual oleh mereka dan dilempar ke website lain utk payment-nya, setelah payment, si tiket juga gak online dikirim, tapi harus diambil di Hua Lampong station sejam sebelum keberangkatan. Akan ada kurir yg anter tiketnya ke kalian. Nah diemail konfirmasi itu, ada remark: "Kalo kurir dateng telat ato ga dateng, kamu bisa ambil refund di kantor kita. Tapi jika kamu yg telat dateng, si kurir akan jual tiket tersebut ke orang lain" NGOK! :D

Train Ticket from Bangkok to Butterwoth
Platform 5: Train to Butterworth
Nah diatas adalah gambar platform tempat si Train parkir. Saya coba cari cabin & seat yg tercantum ditiket. Saya pesen 2nd class slepper train, lower bed, harganya sekitar 1,201 THB atau sekitar 380 ribu rupiah. Di dalam saya ternyata punya cabin mate seorang Hokkian Malay & Russian. Si Hokkian Malay adalah karyawan percetakan koran yg mau pulang ke Butterworth dari liburannya yg seminggu di Bangkok, kalo si Russia kerjanya sbg developer konstruksi yg emang katanya lagi ada project di Penang, buat jembatan ato apa gitu.

Kita cerita banyak dari awal duduk, mulai dari "dari mana aja-ngapain-kerja apa", sampe ke masalah lain spt budaya - politik - hiburan, ya kalian bayangin aja 20 JAM non-stop di perjalanan! Yg manarik adalah soal si Russia itu kerjanya pindah2 tempat terus, dia udah pernah naik Trans Siberian Railways dari Moscow, Russia sampe ke Beijing, China dalam waktu 7 hari sepanjang 9,258 km. Gile!

Terus si Russia jg seneng bgt cerita ttg pengalaman, negara, budaya, politik dll. Dia cerita kalo winter di Russia itu super parah dinginnya, di Moscow suhu udara diluar bisa sampe minus 30 celcius. Bahkan ada joke kalo di dlm fridge mereka itu cuma -15, sementara diluar bisa lebih dingin sampe -30, jadi mending kita ngadem di dalem kulkas aja katanya. :)))

Dia juga cerita ttg nagara2 pecahan Russia yg semuanya berakhiran "-stan", seperti Kazakstan, Kyrgyzstan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Dia bilang moslem di Russia itu adalam kedua terbesar populasinya setelah Kristen, makanya 4 negara -Stan tersebut mayoritas penduduknya moslem. Dan yg paling saya notice adalah perempuan etnik itu merupakan salah satu spesies perempuan tercantik di dunia. Dia gabungan antara Asian yg punya kulit kuning langsat rambut coklat/hitam dan European yg punya mata biru & badan tinggi, makanya daerahnya disebut Euronesia. Bisa dibayangin deh, itu mahkluk kayak apa cantiknya, moslem lagi! Nah, sebelum naik kereta si Russia dikasih bekel bacaan ama istrinya, sebuah majalah lifestyle. Kalo dibuka lembar demi lembar, hampir semua perempuan dimajalah itu cantik semua! 

Russian Magazine
Capek cerita ngalor-ngidul, gw akhirnya jalan ke gerbong belakang buat makan malem. Di gerbong restaurant itu mayoritas makanan yg disajikan adalah makanan Thai dan spt yg kalian tau makanan Thai enak2 (buat gw yah), kayak macem Mango Salad, Tom Yum, Pad Thai, etc.. Di restaurant gw semeja ama sekelompok Air Force Thailand, mereka habis dinas di Bangkok mau berencana pulang kampung ke Hat Yai (Kota paling selatan Thailand). Jangan dipikir mereka ganteng2 kayak Ben Afffleck & Josh Hartnett kayak di film Pearl Harbour, mereka tua2, giginya palsu, sedikit buncit, TAPI jangan salah mereka bisa terbangin F16, bung! :D

Sehabis makan yg biasalah ngantuk, saya tidur sekitar jam 11.30 malem dan bangun karena dingin jam 6 pagi. Dan saat itu selepas Hat Yai, saya lihat ke belakang kok ternyata gerbong restauran dan sisanya udah gak ada! Oh ternyata, emang gerbong Train yg sampe Butterworth (Malaysia) cm tinggal 2 gerbong. Lucu juga dari yg tadinya ada sekitar 8 gerbong, skrng cm tinggal 2 gerbong aja nyisa.

Jam 9 pagi kita sampe ke Thai-Malay border, kita turun sebentar utk cap passport di imigrasi. Seperti biasa kalo namanya border itu selalu lucu, ada tanda kalo ini Thailand dan selangkah kedepan adalah Malaysia. Selangkah maju ato mundur kalian bisa lihat dua script tulisan & bahasa yg beda.

Immigration Thai-Malay in Padang Besar
Padang Besar Station & Penang Map
Jam 12an saya sampe di Butterworth, udah bosan duduk, jadi disaat naik Ferry ke Georgetown saya lebih memilih jalan2 dan berdiri. Saya pisah sama si Hokian Malay & Si Russian di Butterworth Station, si Malay pulang ke ruman, si Russia stay di hotel, sementara saya ke pelabuhan buat naik Ferry ke Georgetown… 

Butterworth Station
To be continue...

--
M!

Thursday, January 10, 2013

I will keep our dreams in my safety box, heart.

Hi Supernova,

Lama tak jumpa. Bukannya saya lupa atau tak mau berjumpa denganmu, tapi tuntutan pekerjaan & obsesi terhadap dia yg cukup memakan waktu selama ini. Well, ada yg ingin saya diskusikan saat ini. Mari kita mulai diskusinya.

--

5 tahun. Ya, 5 tahun kurang lebih saya menjalaninya. Dimulai dari suatu ketidaksengajaan saat itu. Seperti yg selama ini kamu tahu, keinginan selalu membuat saya gagal, bukan gagal sih, tapi 'belum beruntung' lebih tepatnya. Dan moment 5 tahun lalu itu sebenarnya bukan kebetulan, karena seperti yg kamu katakan selama ini, alam semesta mendengar dan mengizinkannya. Ditambah dengan ketertarikan saya terhadap si gadis kecil, lucu, pintar dan menyenangkan itu.

Anggaplah saya dulu arrogant dan sombong. Saya bisa melalui semua itu dengan baik, bahkan utk sebuah jurusan dgn mata kuliah tersulit dan dosen super nazi, saya diberi imbalan nilai A, A+ malah karena diberikan standing ovation oleh mantan konsultan Boston Consulting Group itu. Memasuki akhir proses studi, saya masih bersama gadis itu, belajar dan mulai berbagi impian satu sama lain. Dari periode BCG - McKinsey, Unilever, Citra Pariwara, hingga kami bisa memasuki ruang sidang yg sama dan akhirnya lulus Cum Laude bersamaan. Hanya berselisih 1 nomor urut orang lain diatara kami, saya no 7 dan dia no 9. She decided to stay beside me. *[see the picture below]



Bermodalkan semangat dan impian, saya - anak ingusan sombong yg baru lulus itu menganggap dunia kerja di Jakarta akan dgn mudah ia lewati. Saya salah besar, karena tidak satu pun agency mau menerima saya pada saat itu, bahkan agency percetakan sekalipun ga mau kali yah.. haha! Sementara gadis manis itu, tanpa harus menganggur satu hari pun, ia langsung bekerja di sebuah multinational media agency ternama di Jakarta. Dunia kerja mengkhinati saya dengan relatifitas rumus (Kompetensi + Usaha) = Hasil. I was unemployment and she always stay beside me.

Intermezzo dikit, impian yg saya bangun saat itu sudah terlalu liar bahkan kata "New York" & "Expat" masuk dalam kamus impian itu. Jgn tanya kenapa, karena Pop Culture yg saya gandrungi saat itu bukan lagi Britpop atau Rock Alternative, tapi Donald Trump dan Alicia Keys. Itu sebabnya lirik "Oh New York, concrete jungle where dreams are made of..." sangat berarti bagi saya, sampai saat ini hingga kapan pun!

Universe mengizinkan saya utk pergi ke beberapa kota di Indonesia sbg pegawai freelance dgn gaji yg menyedihkan, untungnya itu terganti dgn fasilitas Garuda Indonesia dan hotel yg lumayan nyaman, plus trip gratis ke daerah2 menarik. Sementara si gadis menetapkan tujuan utk bisa mendapatkan Unilever. Dan ya, saya bangga akan dia. Bangga akan usaha dia bekerja dan tetap memberi semangat & kepercayaan, hingga akhirnya sebuah Digital Advertising Agency memberi kesempatan itu pada saya. I got a stepping stone, and she always stay beside me.

Belum lama saya belajar utk membuktikan diri, ia mendapatkan lebih dulu apa yg saya inginkan: being an expat, move to Singapore. And she always stay beside me, although we did a long distance relationship for a while. Kami memasuki periode baru, periode dimana kami menghabiskan waktu & uang bersama utk menikmati indahnya bumi ini. Sekaligus menjadikan "traveling around the world" bukan lagi sekedar Kartu Kesempatan pada permainan Monopoli.

Sebuah impian terbangun untuk sebuah peta dunia ukuran besar yg akan tertempel di ruang keluarga, lengkap dgn film polariod yg telah tercetak dan ter-pinned di setiap tempat yg telah kami kunjungi berdua. Ditambah dengan mini bar dipojok rumah utk menyajikan Apple Cidar, Wine dan sedikit Liquors beraneka ragam. Bahkan sepasang traveler pria-wanita tua yg sering kami temui di airport jika kami traveling, menjadi salah satu alasan kenapa mimpi itu wajib hukumnya bagi saya.




97% dari perjalanan kami bersama selama 5 tahun yg singkat ini, melalui suka-duka, manis-pahit, mudah-sulit; hingga proses pembelajaran dan pendewasaan; membuat saya berpikir sekaligus menambah keyakinan dlm diri saya akan sesuatu hal: dia adalah wanita tua itu. Wanita tua yg akan saya genggam erat tangannya utk mendaki pegunungan Peru demi mencapai puncak Machu Picchu, wanita tua yg akan saya selimuti tubuhnya karena dinginnya suhu Scandinavia, wanita tua yg akan saya bawa menjelajahi pulau Kreta dan melihat sejarah kota Athena, dan dia adalah wanita yg akan saya dampingi ketika beribadah di kota suci Mecca dan Medina.




----

Hi Supernova,

Cukup saya bercerita. Saya hanya ingin protes sekaligus bertanya, bukankah belajar itu adalah sebuah proses? Proses dimana kita bisa berubah, berubah menjadi lebih baik. Proses dimana logika dan hati bersama-sama mengalahkan ego? Saya tahu mungkin hal ini terlalu dini untuk ditulis, namun saya sadar bahwa usia tidak bisa menjamin tingkat kedewasaan seseorang, setidaknya bagi saya.

Sebuah alkisah ada sebuah bangsa yg hancur karena para pejabatnya yg korup dan lebih memilih jalan pintas utk mendapatkan hasil & tujuan ideal. Sehingga proses trial-error, serta testing & implementasi mereka acuhkan. Akhir hayatnya, bangsa itu sedih & menyesal karena selalu teringat pada proses yg dulu mereka lupakan.

Dan izinkan saya bertanya sekali lagi padamu, apa artinya sebuah hasil jika dia tidak memiliki proses? Karena saya yakin bahwa proses, merupakan sesuatu yg lebih bernilai dibanding hasil yg ingin dicapai.

Sometime it's not about the destination, it's about the journey.



Semoga ini bisa menjawab Teori Ayam yg selama ini mengganggu Sang Kupu-Kupu dengan proses metamorphosis-nya.



Sincerely,
. Larva